Beranda | Artikel
Dua Ilmu yang Wajib Menjadi Fokus Penuntut Ilmu Syaikh Saad al-Khatslan #NasehatUlama
Senin, 2 Januari 2023

Dua ilmu paling penting yang hendaknya menjadi fokus penuntut ilmu
adalah Ilmu Akidah dan Ilmu Fikih.

Adapun Ilmu Akidah, maka sudah jelas betapa pentingnya perhatian terhadap akidah dan pelurusan keyakinan,
serta pentingnya mengetahui kesesatan-kesesatan berbagai sekte dan para pemilik keyakinan yang menyeleweng,
agar dapat dijauhi oleh seorang Muslim.

Sedangkan Ilmu Fikih, maka ia berperan dalam praktek kehidupan manusia sehari-hari.
Lihatlah saja, dalam hal apa yang biasanya ditanyakan dan dimintai fatwa oleh orang-orang?

Dengarkan program fatwa apa saja yang ada di siaran radio, televisi, atau di media lainnya.
Mayoritas pertanyaan orang-orang dalam masalah apa? Masalah fikih.

Seperti tentang hukum-hukum salat, zakat, puasa, muamalat, makanan, dan nazar.
Yakni mayoritas pertanyaan orang-orang tentang hal-hal ini.
Ia berperan penting dalam praktek kehidupan manusia sehari-hari, sehingga ia menjadi ilmu yang sangat bermanfaat.

Oleh sebab itu, kamu dapati bahwa para ulama dahulu yang terkenal, mayoritasnya adalah para ahli fikih.
Sebagai contoh, para imam yang empat: Abu Hanifah, Malik, asy-Syafi’i, dan Ahmad. Mengapa mereka terkenal?

Karena mereka semua unggul dalam Ilmu Fikih: Imam Abu Hanifah, Malik, asy-Syafi’i, dan Ahmad yang unggul dalam ilmu Hadis dan Fikih.
Ucapan sebagian orang yang menganggap Imam Ahmad hanya ahli hadis, dan bukan ahli fikih tidaklah benar. Namun beliau adalah ahli hadis dan fikih.

Empat imam ini, yaitu para pendiri empat mazhab terkenal yang dianut oleh negeri-negeri Islam, unggul dalam Ilmu Fikih.
Ilmu Fikih memiliki pengaruh yang besar, sebagaimana yang dikatakan Ibnu al-Jauzi di sini.

Beliau berkata, “Ilmu Fikih termasuk salah satu ilmu paling utama, dan orang yang menguasainya akan mengungguli orang lain.”

Yakni beliau berkata, “Lihatlah tingginya kedudukan para ahli fikih itu, meskipun pada zaman mereka ada orang yang lebih menguasai Ilmu Al-Quran, Hadis, atau Bahasa Arab.”

Beliau menambahkan, “Betapa banyak kita temui orang yang menguasai Ilmu Al-Quran, Hadis, Tafsir, atau Bahasa Arab. Meskipun mereka unggul dalam hal itu, tapi tidak mengetahui mayoritas hukum-hukum syariat.”

Meskipun kalimat ini diucapkan Ibnu al-Jauzi pada zamannya,
tetapi, kita juga temui ini dengan jelas pada zaman kita akibat ijazah dan spesialisasi jurusan.

Kamu dapat temui sebagian penuntut ilmu—sebagai contoh—mengambil spesialisasi dalam Ilmu Tafsir atau Hadis,
tetapi ia tidak banyak mengetahui perkara-perkara fikih,
atau ia mengambil spesialisasi Ilmu Nahwu, tapi ia tidak banyak mengetahui perkara-perkara fikih.

Oleh sebab itu, harus ada perhatian besar terhadap Ilmu Fikih.
Seorang penuntut ilmu tidak boleh memberi fatwa hingga ia mempelajari seluruh bab dalam Ilmu Fikih dan menguasai seluruh bab Ilmu Fikih itu.

Ia tidak boleh memberi fatwa jika belum mempelajari dan menguasai seluruh bab dalam Ilmu Fikih.

Jadi, ilmu yang paling penting adalah Ilmu Akidah dan Fikih.
Ini juga tidak mengurangi kedudukan ilmu lain, karena ilmu-ilmu itu juga penting dan bermanfaat.

====

أَهَمُّ عِلْمَيْن يَنْبَغِي أَنْ يُرَكِّزَ عَلَيْهِمَا طَالِبُ الْعِلْمِ

عِلْمُ الْعَقِيدَةِ وَعِلْمُ الْفِقْهِ

أَمَّا عِلْمُ الْعَقِيدَةِ فَلَا يَخْفَى أَهَمِّيَّةُ الْعِنَايَةِ بِالْعَقِيْدَةِ وَتَصْحِيْحِ الْمُعْتَقَدِ

وَمَعْرِفَةِ انْحِرَافَاتِ الْفِرَقِ وَأَصْحَابِ الْعَقَائِدِ الْمُنْحَرِفَةِ

حَتَّى يَتَجَنَّبَهَا الْمُسْلِمُ

وَأَمَّا بِالنِّسْبَةِ لِلْفِقْهِ فَهُو يُمَثِّلُ حَيَاةَ النَّاسِ الْعَمَلِيَّةَ

وَانْظُرْ إِلَى مَاذَا يَسْأَلُ عَنْهَا النَّاسُ وَعَنْ مَاذَا يَسْتَفْتُوْنَ

اسْتَمِعْ إِلَى أَيِّ بَرْنَامَجِ إِفْتَاءٍ فِي الْإِذَاعَةِ أَوِ التَّلْفازِ أَوْ فِي أَيِّ مَكَانٍ

أَكْثَرُ أَسْئِلَةِ النَّاسِ فِي أَيِّ شَيْءٍ؟ فِي الْفِقْهِ

أَحْكَامُ الصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ وَالصِّيَامِ وَالْمُعَامَلَاتِ وَالْأَطْعِمَةِ وَالنُّذُورِ

يَعْنِي مُعْظَمُ أَسْئِلَةِ النَّاسِ فِي هَذَا

هُوَ يُمَثِّلُ حَيَاةَ النَّاسِ الْعَمَلِيَّةَ وَلِذَلِكَ فَهُوَ عِلْمٌ نَافِعٌ

وَلِهَذَا تَجِدُ أَنَّ الْعُلَمَاءَ الْمُبَرِّزِيْنَ السَّابِقِيْنَ أَكْثَرُهُمْ مِنَ الْفُقَهَاءِ

مَثَلًا الْأَئِمَّةُ الْأَرْبَعَةُ أَبُو حَنِيفَةَ وَمَالِكٍ وَالشَّافِعِيُّ وَأَحْمَدُ فِي مَاذَا بَرَزُوا؟

بَرَزُوا فِي الْفِقْهِ كُلُّهُمْ أَبُو حَنِيفَةَ وَمَالِكٍ وَالشَّافِعِيُّ وَأَحْمَدُ بَرَزَ فِي الْحَدِيثِ وَفِي الْفِقْهِ وَهُوَ مُحَدِّثٌ فَقِيهٌ

قَوْلٌ مَقُولَةُ بَعْضِ النَّاسِ أَنَّهُ مُحَدِّثٌ وَلَيْسَ بِفَقِيهٍ هَذَا غَيْرُ صَحِيحٍ بَلْ هُوَ مُحَدِّثٌ فَقِيهٌ

هَؤُلَاءِ الْأَئِمَّةُ الْأَرْبَعَةُ يَعْنِي أَصْحَابُ الْمَذَاهِبِ الْأَرْبَعَةِ الْمَشْهُورَةِ الْمَتْبُوعَةِ فِي الْعَالَمِ الْإِسْلاَمِيِّ بَرَزُوا فِي الْفِقْهِ

فَيَعْنِي الْفِقْهُ ثَمَرَتُهُ عَظِيمَةٌ كَمَا قَالَ ابْنُ الْجَوْزِيِّ هُنَا

يَقُولُ إِنَّهُ يَعْنِي هُوَ مِنْ أَفْضَلِ الْعُلُومِ وَأَرْبَابُهُ فَاقُوا الْخَلَائِقَ

يَقُولُ يَعْنِي اُنْظُرْ إِلَى مَنْزِلَةِ الْفُقَهَاءِ وَإِنْ كَانَ فِي زَمَنِ أَحَدِهِمْ مَنْ هُوَ أَعْلَمُ بِالْقُرْآنِ أَوْ بِالْحَدِيثِ أَو بِاللُّغَةِ

قَالَ وَكَمْ رَأَيْنَا مُبَرِّزًا فِي عِلْمِ الْقُرْآنِ أَوِ الْحَدِيثِ أَوِ التَّفْسِيرِ أَوِ اللُّغَةِ لَا يَعْرِفُ مَعَ الشَّيْخُوخَةِ مُعْظَمَ أَحْكَامِ الشَّرْعِ

هَذَا وَإِنْ كَانَ قَالَهُ ابْنُ الْجَوْزِيِّ فِي زَمَنِهِ

لكِنَّنَا نَجِدُ هَذَا وَاضِحًا جَلِيًّا فِي زَمَنِنَا بِسَبَبِ الشَّهَادَاتِ وَالتَّخَصُّصِ

تَجِدُ بَعْضَ طَلَبَةِ الْعِلْمِ يَتَخَصَّصُ مَثَلًا فِي التَّفْسِيرٍ أَوْ فِي الْحَدِيثِ

وَيَعْنِي لَكِنَّهُ يَجْهَلُ كَثِيرًا مِنَ الْمَسَائِلِ الْفِقْهِيَّةِ

أَوْ فِي النَّحْوِ فَيَجْهَلُ كَثِيرًا مِنَ الْمَسَائِلِ الْفِقْهِيَّةِ

وَلِذَلِكَ لاَ بُدَّ مِنَ الْعِنَايَةِ بِالْفِقْهِ

وَلَا يَتَأَهَّلُ طَالِبُ الْعِلْمِ الْفُتْيَا حَتَّى يَمُرَّ عَلَى جَمِيعِ أَبْوَابِ الْفِقْهِ

وَيَضْبِطَ جَمِيعَ أَبْوَابِ الْفِقْهِ وَيُتْقِنَهَا

وَلَا يَحِلُّ أَنْ يُفْتِيَ وَهُوَ لَمْ يَمُرَّ وَلَمْ يُتْقِنْ جَمِيعَ أَبْوَابِ الْفِقْهِ

فَإِذًا أَهَمُّ عِلْمَيْنِ عِلْمُ الْعَقِيدَةِ وَالْفِقْهِ

وَهَذَا لَا يُقَلِّلُ مِنَ الْعُلُومِ الْأُخْرَى هِيَ عُلُومٌ مُهِمَّةٌ وَنَافِعَةٌ وَمُفِيْدَةٌ


Artikel asli: https://nasehat.net/dua-ilmu-yang-wajib-menjadi-fokus-penuntut-ilmu-syaikh-saad-al-khatslan-nasehatulama/